Lencana Facebook

Penetapan Harga Produk



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Secara teoritis, tidak ada perbedaan signifikan antara perekonomian klasik dengan modern. Teori harga secara mendasar sama, yakni bahwa harga wajar atau harga keseimbangan diperoleh dari interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran (suplai) dalam suatu persaingan sempurna, hanya saja dalam perekonomian modern teori dasar ini berkembang menyadi kompleks karena adanya diversifikasi pelaku pasar, produk, mekanisme perdagangan, instrumen, maupun perilakunya,yang mengakibatkan terjadinya distorsi pasar.
                Dalam struktur pasar apapun sebuah perusahaan beroperasi, penetapan harga untuk maksimasi laba mangharuskan analisis yang seksama terhadap hubungan antara biaya marginal dan pendapatan marginal. Tetapi, riset tentang praktek – praktek penetapan harga aktual menunjukkan bahwa banyak perusahaan tampaknya menetapkan harga tanpa analisis eksplisit rehadap hubungan marginal. Studi memperlihatkan bahwa kebanyakan perusahaan menggunakan penetapan harga markup, menetapkan harga untuk menutup semua biaya langsung ditambah markup sebesar satu presentase tertentu untuk kontribusi laba (biaya umum dan laba) daripada menetapkan harga di mana MR = MC. Bagaimana sesuatu yang tampaknya bertentangan antara teori ekonomi dan praktek penetapan harga actual ini dijelaskan?
            Jika kita memahami prosedur yang dipergunakan untuk keputusan penetapan harga actual, tidak terdapat konflik antara teori dan praktek. Pada kenyataannya, praktek – praktek penetapan harga secara markup merupakan alat praktis yang dengannya perusahaan – perusahaan menerapkan analisis marginal untuk menetapkan harga berbagai barang dan jasa. Praktek penetapan harga secara markup yang luwes dan mencerminkan perbedaan dalam biaya marginal dan elastisitas permintaan merupakan cara yang efisien untuk beroperasi sehingga MR = MC untuk setiap lini produk yang dijual.
Demikian pula, praktek penetapan harga untuk musim puncak dan di luar puncak, diskriminasi harga, dan penetapan harga untuk produk - produk kesemuanya merupakan cara yang efisien untuk beroperasi sehingga MR = MC untuk setiap pelanggan atau kelompok pelanggan dan kelompok produk.

B. Rumusan Masalah
            Agar permasalahan tidak meluas serta dapat lebih terarah pada pokok permasalahan, maka dapat dirumuskan permasalahan berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana penetapan harga secara markup?
2. Penjelasan diskriminasi harga?
3. Bagaimana penetapan harga produk berganda?
4. Bagaimana penetapan harga dalam pasar yang mapan?

C. Tujuan Penulisan
            Berdasar rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah :
1.      Untuk mengetahui penetapan harga secara markup
2. Untuk mengetahi diskriminasi harga
3. Untuk mengetahui penetapan harga produk berganda
4. Untuk mengetahui penetapan harga dalam pasar yang mapan


D. Manfaat Penulisan
1.      Mahasiswa dapat menerangkan dan menghitung cara penetapan harga secara mark up baik atas biaya maupun harga, penetapan harga yang berbeda di berbagai pasar.
2.     Mahasiswa dapat menganalisis dan menghitung penetapan harga produk untuk produksi lebih dari satu produk dan penetapan harga pada pasar yang telah mapan.


















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Harga
1.      Definisi Harga
            Menurut Stanton, (1984) Harga adalah Price is value expressed in terms of dollars and cens, or any other monetary medium of exchange. yang kurang lebih memiliki arti harga adalah nilai yang dinyatakan dalam dolar dan sen atau medium moneter lainnya sebagai alat tukar.
Menurut Basu Swastha (1986: 147) Harga diartikan sebagai Jumlah uang (kemungkinan ditambah barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.
Menurut menurut Alex S Nitisemito (1991:55) Harga diartikan sebagai nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain.
            Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa, Tjiptono (2001 : 151). Dan harga merupakan unsur satu–satunya dari unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan di banding unsur bauran pemasaran yang lainnya (produk, promosi dan distribusi).

2.      Tujuan Penetapan Harga
      Pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu :
1)     Berorientasi pada Laba, bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba yang paling tinggi atau sering disebut ”maksimisasi laba”.
2)     Berorientasi pada Volume, bahwa penetapan harga sedemikian rupa agar dapat mencapai tingkat volume penjualan tertentu, nilai penjualan atau pangsa pasar tertentu.
3)     Berorientasi pada citra (image), bahwa penetapan harga tertentu dapat membentuk citra perusahaan, misalnya menetapkan harga tinggi dapat membentuk citra perusahaan yang prestisius, sementara menetapkan harga rendah memungkinkan menjaga nilai perusahaan tertentu (menjaga harga yang terendah di suatu daerah).
4)     Berorientasi pada Stabilitas Harga, hal ini dilakukan untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara suatu perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader).
3.      Metode Penetapan Harga
            Ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai rancangan dan variasi, dalam penetapan harga menurut Marras (1999: 181-185), harga dapat ditentukan atau dihitung :
1)      Harga didasarkan pada biaya total ditambah laba yang diinginkan (cost plus pricing method).
2)      Harga yang berdasarkan pada keseimbangan antara permintaan dan suplai.
3)      Penetapan harga pasar yang ditetapkan atas dasar kekuatan pasar.
4)      Harga yang berdasarkan keseimbangan antara suplai dan permintaan.
5)      Penetapan harga atas dasar kekuatan pasar.
Untuk itu perusahaan berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam penetapan harganya. Upaya ini dapat dilakukan atas dasar target volume laba spesifik atau dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap penjualan atau investasi.
1.      Target Profit Princing
Target Profit Princing umumnya berupa ketetapan atas besarnya target laba tahunan yang dinyatakan secara spesifik. Contoh penerapan metode ini :
PT Shandy bermaksud menggunakan target profit princing dalam menetapkan harga laser disc, dimana informasi selengkapnya adalah sebagai berikut :
Ø  Biaya tetapi Rp. 26 juta
Ø  Biaya variabel sebesar Rp. 22.000,- per unit
Ø  Permintaan konsumen tidak sensitif sampai dengan harga Rp. 60.000,- per unit
Ø  Target laba sebesar Rp. 7 juta ditetapkan atas dasar volume penjualan tahunan sebesar 1.000 unit
Besar harga yang ditetapkan adalah :
Laba             = pendapatan total- biaya total
Laba             = [harga x kuantitas] – [biaya tetap+(biaya variabel kuantitas])
Rp 7 juta      = [harga x 1.000] – [Rp.26 juta+(Rp 22.000 x 1000)]
Rp 7 juta      = 1.000 harga – [Rp. 26 juta + Rp 22 juta]
1.000 harga  = Rp 7 juta + Rp 48 juta
Harga           = Rp. 55.000,-
2.      Target Return On Sales Princing
Dalam metode ini, perusahaan menetapkan tingkat harga tertentu yang dapat menghasilkan laba dalam presentase tertentu terhadap volume penjualan. Biasanya metode ini banya digunakan oleh jaringan-jaringan supermarket.
Misalnya struktur biaya PT Chandra sbb :
Ø  Biaya tetap sebesar 26 juta
Ø  Biaya variabel sebesar Rp 22.000,00 per unit
Ø  Permintaan konsumen tidaksensitif sampai dengan harga sebesar Rp 60.000 per unit
Ø  Target laba berupa Return On Sales senilai 20% pada volume penjualan tahunan sebesar 1.250 unit
Besarnya harga yang ditetapkan :
                                          Total Laba
Target return on sales =  
                                          Total Penjualan          


              TRC – TC
20% =
                    TR

 [P x Q] – [FC + (VC x Q)]
 0,20  =  
                                 P x Q
                 [ P x 1.250 ] – [ 26 juta + (22.000 x 1.2500]
0,20   =
                                                          P x 1.250
                  P        = RP. 53.500,00
Pada harga Rp. 53.500,00 per unit dan kuantitas tahunan 1.250 unit maka :
                  TR       =  P x Q
=  53.500  x 1.250
=  RP 66.875.000,00
TC       =  FC  + (VC x Q)
=  RP 26 Juta + (22.000 x 1.250)
=  RP 53.500.000,00
Laba    =  TR – TC
=  RP 66.875.000,00 – RP 53.500.000,00
=  RP 13.375.000,00
Bila diperiksa kembali maka diperoleh :
                                             Total Laba
Target Return On Sales =
                                              Total Penjualan

       RP 13.375.000,00
=
       RP 66.875.000,00
=      20%
3.      Target Return On Investment Pricing
Dalam metode ini perusahaan menetapkan besarnya suatu  target ROI tahunan yaitu rasio antara laba dengan investasi total yang ditanamkan perusahaan pada fasilitas produksi dan aset yang mendukung produk tertentu. Kemudian harga di tentukan agar dapat encapai target  ROI tsb. Misalnya seorang produsen bola baske ttelah mengeluarkan investasi senilai Rp 1 milyar dan ingin menetapkan harga yang akan menghasilkan ROI sebesar 20% (atau Rp 200 juta). Bila biaya per unit nya adalah Rp 16.000,00 dan jumlah penjualan yang diharapkan sebesar 50 rbu bola maka besarnya harga untuk memperoleh ROI 20% dihitung dengan rumus sbb :

 Harga Untuk Sasaran Pengembalian = Biaya per unit + Pengembalian Yg diinginkan x Modal                                                                                                                                     yg diinvestasikan
                                                                                Jumlah Penjualan Yang Diharapkan
                                             = Rp 16.000 + 20% x Rp 1 milyar    
                                                                         50.000 bola           
                                             = Rp 16.000 + Rp 4.000
                                             = Rp 20.000,- per bola




B.  Penetapan Harga
1)      Penetapan Harga Markup
            Survey praktek bisnis menunjukkan bahwa praktek penetapan harga markup merupakan metode penerapan harga yang paling luas dipergunakan oleh perusahaan - perusahaan bisnis. Dalam pendekatan yang paling umum dalam praktek penerapan harga markup, perusahaan - perusahaan mengestimasi biaya variabel rata - rata untuk memproduksi dan memasarkan sebuah produk, menambahkan biaya umum, dan lalu menambahkan markup, atau margin sebesar presentase tertentu untuk laba. Pengenaan biaya tidak langsung, atau biaya umum, biasanya ditemtukan dengan mengalokasikan biaya - biaya ini di antara produk - produk perusahaan atas dasar biaya variabel rata - rata mereka.
Misal produsen alat panggang roti memiliki biaya dan perkiraan penjualan berikut :
Biaya variabel per unit                 $ 10
Biaya tetap                                   300.000
Penjualan unit yang ditetapkan      50.000
Biaya unit produsen tersebut dinyatakan oleh ;
Biaya Unit = biaya variabel + biaya tetap            =$ 10 + $300.000  =$ 16
                                                Penjualan unit                      50.000
Sekarang, andaikanlah produsen tersebut ingin memperoleh 20 persen markup dari penjualan. Harga markup produsen tersebut dinyatakan oleh :
Harga Markup =                     biaya unit                                   = $ 16      = $ 20
(1-   Laba yang diinginkan atas penjualan)     (1-0,2)


2) Penetapan Harga Sasaran (target-return pricing)
       Perusahaan tersebut menentukan harga yang akan menghasilkan tingkat pengembalian atas investasi (ROI – return on investment) yang dibidiknya. penetapan harga sasaran digunakan General Motors, yang menetapkan harga mobilnya untuk mencapai 15 persen hingga 20 persen ROI. Metode ini juga digunakan perusahaan-perusahaan listrik pemerintah, yang perlu memperoleh pengembalian atas investasinya yang adil.
       Andaikanlah produsen panggangan roti di atas telah menginvestasikan $1 juta dalam bisnis tersebut dan ingin menetapkan sutatu harga untuk menghasilkan 20 persen ROI, tepatnya $200.000. harga pengembalian sasarannya dinyatakan oleh rumus berikut :
Harga pengembalian sasaran = biaya unit + pengembalian yang diinginkan x modal investasi
                                                                                           Penjualan unit
                       = $16 + 0,21 x $1.000.000  = $20
                                               $50.000
Produsen tersebut dapat membuat bagan titik impas (break-even chart) untuk mempelajari apa yang terjadi pada tingkat pada tingkat penjualan lainnya. Biaya tetapnya adalah $300.000 berapa pun volume penjualannya.
Volume titik impas = biaya tetap     = $300.000     =30.000
                                 (harga- biaya variabel)   $20-$10     

Penetapan harga pengembalian sasaran cenderung mengabaikan pertimbangan-pertimbangan ini. Produsen tersebut perlu mempertimbangkan harga harga yang berbeda dan memperkirakan kemungkinan pengaruhnya terhadap volume penjualan dan laba. Produsen tersebut juga seharusnya mencari cara untuk menurunkan biaya tetap agtau biaya variabelnya, karena biaya yang lebih rendah akan menurunkan vlume tiktik impas yang diperlukan.
3) Penetapan Harga Persepsi Nilai
Makin banyak perusahaan mendasarkan harganya pada persepsi nilai (perceived-value) pelanggan. Perusahaan tersebut harus menyerahkan nilai yang dijanjikan melalui poernyataan nilai mereka, dan pelanggan harus mempersepsikan nilai ini. Perusahaan tersebut menggunakan unsur-unsur bauran pemasaran lainnya, seperti iklan dan tenaga penjualan, untuk mengkomunikasikan dan meningkatkan nilai yang dipersepsikan dalam benak pembeli
Persepsi nilai terdiri atas bebrapa unsur, seperti gambaran pembeli tentang kinerja produk tersebut, kelancran saluran, mutu jaminan, dukungan pelanggan, dan ciri-ciri yang lebih lunak seperti reputasi pemasok, keterpercayaan, dan harga diri. Lebih jauh masing-masing calon pelanggan memberikan bobot yang berbeda pada unsur yang berbeda dengan akibat bahwa sebagian akan menjadi pembeli harga (price buyer) sebagian lainnya akan menjadi pembeli nila (value buyers) dan sebagiannya lagi menjadi pembeli yang setia (loyal buyers). Perusahaan membutuhkan strategi yang berbeda untuk ketiga kelompok ini. Untuk pembeli harga, perusahaan perlu menawarkan produk yang sudah dipreteli dan layanan yang telah dikurangi. Untuk pembeli nilai, perusahaan harus terus melakukan inovasi nilai baru dan secara agresif menegaskan nilainya. Untuk pembeli setia perusahaan harus melakukan investasi dalam pembinaan hubungan dan keintiman pelanggan.
         Dupont adalah pengguna utama penetapan harga persepsi nilai. Ketikan Dupont mengembangkan serat sintetisme yang baru untuk karpet, perusahaan tersebut memperlihatkan kepada produsen karpet bahwa mereka sanggup membayar Dupont sebesar $1,40 per pont untuk serat baru tersebut dan masih tetap memperoleh laba sasaran mereka. Dupont menyebut angka $1,40 itu sebagai harga nilai penggunaan (value-in-use price), tetapi penetapan bahan baru tersebut sebesar $1,40 per pont akan menyebabkan produsen-produsen karpet tadi tidak tertarik. Karena itu, Dupont menetapkan harga tersebut lebih rendah dari $1,40 untuk membujuk produsen menggunakannya. Dupont tidak menggunakan biaya produksinya untuk menetapkan harga tersebut, tetapi sejak semula hanya menilai apakah laba masih cukup memadai untuk melanjutkan bisnis. Dupont juga memasukkan masing-masing bahan kimia ke dalam tawaran yang lebih besar sehingga tidak terlihat sebagai komoditas melainkan sebagai solusi bagi masalah pelanggan
4) Penetapan Harga Nilai
Dalam beberapa tahun terakhir ini, beberapa perusahaan telah menggunakan penetapan harga nilai (value pricing) dimana perusahaan tersebut memikat hati pelanggan yang loyal dengan menetapkan harga yang lumayan rendah untuk tawaran yang bermutu tinggi. Diantaran pelaku terbaik penetapan harga nilai terdapat Wal-mart, IKEA dan Southwest Airlines.
5) Penetapan Harga Umum
Dalam penetapan harga umum (going-rate pricing), perusahaan tersebut mendasarkan harganya terutama pada harga pesaing. Perusahaan tersebut mungkin akan mengenakan harga yang sama lebih tinggi, atau lebih rendah daripada pesaing utamanya. Dalam industri oligopoli yang menjual komoditas seperti baja, kertas, atau pupuk biasanya perusahaan mengenakan harga yang sama. Perusahaan-perusahaan yang lebih kecil mengikuti pemimpin tersebut dengan mengubah harganya jika harga pemimpin pasar berubah, bukan jika permintaan atau biaya mereka sendiri berubah. Beberapa perusahaan mungkin mengenakan harga sedikit sangat tinggi atau sedikit diskon, tetapi mereka mempertahankan jumlah perbedaan tersebut. Dengan demikian, pengecer bensin kecil biasanya mengenakan beberapa sen lebih murah per galon dibandingan dengan perusahaan-perusahaan yg besar, tanpa membiarkan perbedaan tersebut naik turun.
6) Penetapan Harga Lelang
Penetapan harga tipe lelang mulai makinpouler kususnya seiringvdengan pertumbuhan internet. Terdapat lebih dari 2000npasar elektronk (e-pasar) yang menjual apa saja mulai dari babi,kendaraan bekas,kargo,hingga bahan kimia. Salah satu manfaat utama lelang adalah untuk membuang persediaan yang berlebihan atau barang bekas . perusahaan-perusahaan perlu menyadari 3 jenis utama lelang dan prosedur penetapan harganya yang berbeda-beda.
1. Penetapan harga kelompok
Internet memudahkan metode yang dapat digunakan konsumen dan pembeli bisnis untuk berpatungan membeli dengan harga yang lebih rendah. Konsumen dapat mengunjungi volume buy.com untuk membeli barang elektronik, komputer,langganan,dan barang barang lain. A[abila konsu,en menemukan produk yg diinginkan , dia akan melihat harga kelompok saat ini, yang mrpkan hasil dari sejumlah pesanan yg di terima sejauh ini. Halaman stus tersebut mungkin juga menunjukan bahwa jika (katakanlah data 3 lagi pesanan, harganya akan turun dlm jumlah yg telah di tentukan). Kekurangan utamanya adalah bahwa beberapa pembeli tidak akan bersedia menunggu hingga pesanan volume tersebut dilaksanakan.
2. Penetapan harga psikologis
Banyak konsumen menggunakan harga sbg indikator mutu penetapan harga citra (image pricing) sangat efektif diterapkan untuk produk produk yg peka terhadap ego, sperti farfum dan mobil mahal. Sebotol farfum seharga $100 mungkin hanya mengandung wewangian seharga $10 tetapi pemberi hadiah membayar $100 untuk menyampaikan rasa hormat mereka yang tinggi kepada penerimanya.
7.    Penetapan Harga Produk Berganda
            Model mikroekonomi dasar dari suatu perusahaan mengasumsikan bahwa perusahaan memproduksi satu produk yang homogen. Hampir semua perusahaan memproduksi setidaknya beberapa model, gaya, atau ukuran dari keluaran mereka, dan masing - masing variasi ini dipandang  sebagai produk yang terpisah untuk maksud penetapan harga. Walaupun penetapan harga produk berganda mengharuskan analisis yang sama seperti untuk satu produk, analisis ini diperumit dengan adanya keterkaitan permintaan dan produksi.
1)      Keterkaitan Permintaan
                   Keterkaitan permintaan timbul karena persaingan atau sifat salingmelengkapi di antara berbagai produk perusahaan.Keterkaitan permintaan mempengaruhi keputusan harga melalui pengaruh mereka terhadap pendapatan marginal
2)      Keterkaitan produksi
       Sama seperti produk - produk perusahaan yang dapat berkaitan melalui fungsi permintaan, produk - produk itu juga dapat berkaitan dalam produksi. beberapa produk dapat diproduksi bersama - sama dalam rasio yang tetap atau dalam proporsi yang dapat divariasikan.
8.      Penetapan Harga Dalam Pasar yang Mapan
            Tingkat harga umum yang terjadi di pasar yang mapan adalah tingkat harga yang memenuhi tujuan harga tertinggi atau tujuan perusahaan - perusahaan tersebut secara umum. Penetapan harga dalam pasar yang mapan dapat dilakukan dengan cara :
1)      Price Positioning
Jumlah maksimum yang akan dibayar oleh pembeli untuk suatu produk dikenal sebagai harga reservasi pembeli tersebut. Penelitian pasar yang dilakukan dengan cermat akan bermanfaat bagi perusahaan dalam menunjukkan harga - harga reservasi untuk produk tertentu dan untuk setiap ciri yang tercakup atau tidak dalam produk tersebut.
2)      Strategi Harga Product Line
Pendekatan ini memilih markup berdasarkan estimasi elastisitas harga permintaan yang secara implisit mengasumsikan bahwa permintaan akan setiap item pada lini produk tidak tergantung permintaan setiap item lain dalam lini produk itu.
3)      Penentuan Harga Untuk Menduga Kualitas
Penentuan harga sebuah produk yang lebih tinggi akan meyakinkan konsumen bahwa item itu berkualitas lebih tinggi dan menyebabkan penjualan serta laba lebih besar dibanding apabila produk itu dijual dengan harga lebih rendah.
4)      Penentuan Harga Produk Dalam Satu Paket
Pembundelan produk adalah praktik penjualan satu atau lebih produk secara bersama - sama sebagai satu paket dengan harga tunggal. Penjualan secara paket akan meningkatkan laba yang ditempuh dengan cara menaikkan harga setiap produk apabila dijual terpisah dan menawarkan bundelan sebagai suatu paket dengan satu harga yang lebih rendah dari harga jual masing - masing komponen dalam bundelan tersebut.
            Menurut Tjiptono (2001 : 174) ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu perusahaan harus selalu meninjau kembali strategi penetapan harga produk - produknya yang sudah ada di pasar, diantaranya adalah :
1)      Adanya perubahan dalam lingkungan pasar, misalnya pesaing besar menurunkan harga.
2)      Adanya pergeseran permintaan, misalnya terjadinya perubahan selera konsumen.
            Dalam melakukan peninjauan kembali penetapan harga yang telah dilakukan, perusahaan mempunyai tiga alternatif strategi, yaitu:
1)     Mempertahankan Harga, strategi ini dilaksanakan dengan tujuan mempertahankan posisi dalam pasar dan untuk meningkatkan citra yang baik di masyarakat.
2)      Menurunkan Harga, Strategi ini sulit untuk dilaksanakan karena perusahaan harus memiliki kemampuan finansial yang besar, sementara konsekuensi yang harus ditanggung, perusahaan menerima margin laba dengan tingkat yang kecil. Ada tiga alasan atau penyebab perusahaan harus menurunkan harga produk yang sudah mapan.
a.     Strategi Defensif, dimana perusahaan memotong harga guna menghadapi persaingan yang makin ketat.
b.     Strategi Ofensif, di mana perusahaan mempunyai tujuan untuk memenangkan persaingan dengan produk kompetiter.
c.     Respon terhadap kebutuhan pelanggan yang disebabkan oleh perusahaan lingkungan. Misalnya inflasi yang berkelanjutan dan hanya kenaikan harga yang makin melonjak yang menyebabkan konsumen makin selektif dalam berbelanja dan dalam penentuan harga.
3)     Menaikan Harga, suatu perusahaan melakukan kebijakan menaikan harga dengan tujuan untuk mempertahankan profitabilitas dalam periode inflasi dan untuk melakukan segmentasi pasar tertentu. Agar strategi ini dapat memberikan hasil yang memuaskan, ada dua persyaratan yang harus dilakukan oleh perusahaan, antara lain :
a.       Elastisitas harga relatif rendah, namun elastisitas tetap tinggi bila berkaitan dengan kualitas dan distribusi.
b.      Dorongan (reinforcement) dari unsur bauran pemasaran lainnya tetap menunjang.
Pada kondisi dan situasi penuh persaingan peranan harga cenderung meningkat, menurut Prof.Michael Laric dalam buku Marketing Startegy and Management, Michael J Baker, Emeritus Proffesor of Marketing, Strathclyde University, England, bahwa peranan harga cenderung meningkat apabila kondisi-kondisi berikut terjadi: 
  Ø      Produk tersebut pertama kali diterjunkan ke pasar
  Ø      Dikaitkan dengan tujuan perusahaan
  Ø      Perusahaan kompetitor melakukan penurunan harga
Ø  Adanya produk baru yang dihasilkan dari pengembangan teknologi baru yang mempunyai sifat subtitusi dan lebih efisien serta efektif.
Disamping itu menurut dari Prof Michael J Baker, harga memiliki peranan penting dalam bauran pemasaran dikarenakan :
Ø  Elasitas harga lebih besar pengaruh terhadap permintaan dibandingkan dengan elasitas elemen marketing mix lainnya;
Ø  Perubahan harga sangat mempengaruhi perubahan jumlah penjualan;
Ø  Pelaksanaan perubahan harga jauh lebih mudah dibandingkan dengan rencana perubahan strategi produk atau promosi;
Ø  Reaksi perusahaan saingan terhadap perubahan harga biasanya lebih cepat dan sensitif;
Ø  Dalam melaksanakan implementasi harga tidak memerlukan investasi modal;
Ø  Harga suatu produk sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal (resesi ekonomi dan inflasi, peningkatan suhu persaingan, kejenuhan pasar atau kelebihan jumlah pasokan, muncul perusahaan kompetitor baru, dan berkembangnya konsumerisme).























BAB III

PENUTUP

C.  Kesimpulan

            Makalah ini meneliti sejumlah topik penetapan harga. Penetapan harga secara markup, sebuah tekhnik penetapan harga yang umum dalam praktek, diperlihatkan sangat erat berkaitan dengan analisis marginal. Penggunaan yang tepat dari tekhnik - tekhnik penetapan harga secara markup mengharuskan diberikannya perhatian yang erat baik pada pertimbangan biaya maupun permintaan. Sensitivitas harga terhadap biaya marginal, digandakan dengan hubungan berbalik yang umumnya diamati antara margin laba dan elastisitas dari permintaan, menyiratkan bahwa baik pertimbangan biaya maupun permintaan memang memainkan peran penting dalam praktek penetapan harga markup.
            Analisis laba inkremental juga diperlihatkan sebagai alat yang kuat untuk keputusan penetapan harga optimal. Selama periode - periode di luar puncak, ketika sebuah perusahaan memiliki kapasitas berlebih, biaya yang dialokasikan sepenuhnya jarang sesuai untuk maksud keputusan. Hanya biaya inkremental yang berkaitan dengan keluaran relevan dalam situasi seperti ini.
            Untuk berhasil terlibat dalam diskriminasi harga, perusahaan harus :
1.      Menghadapi elastisitas harga dari permintaan yang berbeda di berbagai segmen pasar
2.      Mampu mengisolasi berbagai bagian pasar untuk mencegah perpindahan.
            Diskriminasi harga sempurna (derajat pertama) akan memaksimumkan laba penjual dengan menghapus semua surplus konsumen, yang adalah manfaat yang tidak dibayarkan yang diturunkan dari kegiatan konsumsi.
            Penetapan harga produk berganda diperlihatkan menggunakan konsep ekonomi yang sama seperti penetapan harga satu produk Penetapan harga produk berganda yang optimal mengharuskan bahwa pendapatan dan biaya inkremental adalah sama untuk setiap produk. Penggunaan konsep laba inkremental secara tepat akan memastikan bahwa pengaruh total dari sebuah keputusan penetapan harga terhadap perusahaan dianalisis dan mengarah pada penetapan harga optimal dalam kasus produk berganda, sama seperti dengan satu produk.

















DAFTAR PUSTAKA

Fandy Tjiptono. 2001.  Manajemen Jasa. Yogyakarta :Andy Offset.
Karwowski, W and Marras, S.W. 1999. The Occupational Ergonomics Handbook.
New York : CRC Press LLC
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT. Tema Baru
Nitisemito, Alex S, 1991. Manajemen Personalia – Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Ghalia
Pappas, James L. dan Hirschey, Mark. 1995. Ekonomi Manajerial. Jakarta : PT.      Binarupa Aksara Indonesia.
Stanton, William J. 1984. Prinsip Pemasaran. Jakarta : Penerbit Erlangga
Swasta, Basu DH dan Irawan. M.B.A. 1986. Manajemen Pemasaran Modern.
Yogyakarta: Edisi ke dua. Penerbit Liberty

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © 2025/ Tugas Kuliah

Template by : Urangkurai / powered by :blogger